2 tahun lalu, waktu itu lagi seneng-senengnya bikin konten permainan DIY edukasi di youtube. Biasanya malam atau hari sebelumnya saya mencari bahan untuk kita mainkan besok. Beberapa kali kita bermain dengan tema magnet, ada yang gaya tarik menarik magnet, magnet dan koin yang ditiup bisa muter, maze, bermain mencocokkan bentuk. Saya teringat juga saat itu Aslan sangat menikmati permainan-permainan itu. Namun ada yang berbeda dengan bermain magnet kali ini.
Hari ini kita punya magnet sisa kemaren bikin craft. Kita coba mau bikin mobil yang didorong pakai gaya tolak menolak magnet. Dia juga seneng banget begitu juga adeknya. Hanya saja ada perbedaan saat bermain waktu dulu dan sekarang.
Dulu setelah bermain dengan bertema (dalam hal ini magnet dan saya sudah menyiapkan bahan materi apa yg mau saya sampaikan), biasanya setelah saya memperagakan cara kerja mainannya dan dia mencoba, setelah itu selesai. Atau sedikit mencoba bermain-main lalu selesai. Hari ini saya melihat perbedaan yang cukup mencolok. Setelah saya kasih lihat bagaimana cara kerja mobil yang terdorong pakai gaya magnet yang saling tolak menolak. Dia bereksperimen sendiri untuk menempelkan magnet di depan, di samping kanan-kiri dan di bawah. Katanya biar mobilnya gak cuma bisa maju, tapi biar bisa mundur dan belok kanan juga kiri (yg magnet bawah gak diketahui buat apa 😅). Maju mundur oke lancar, belok kanan dan kiri ternyata tidak sesuai harapannya (gak bisa 😁).
Gak cuma itu dia juga membuat sendiri lintasan magnet di atas kardus, lalu menjalankannya dari bawah kardus mengikuti lintasan itu. Berkali-kali membuat lintasan beda sampai jalannya kelihatan ruwet. Setelah itu dia bermain menggelindingkan magnet, memutar-mutarkannya pakai gaya tarik menarik. Cukup lama dia bermain dengan magnet itu. Saya hanya memperhatikan itu semua dari jauh dan disambi berkegiatan lainnya.
Entah kenapa semakin lama saya menjadi lebih yakin dengan prinsip-prinsip CM (Charlotte Mason) , pendidikan itu harusnya dari dalam bukan dari luar, pentingnya anak membuat relasi dengan ilmu pengetahuannya, kita hanya dibolehkan untuk memantik saja tidak boleh menyuapkan atau menjejalkan makanan pengetahuannya, perlunya masterly inactifity.
Jika diingat-ingat prosesnya juga gak cepat, selain karena dia bertumbuh, namun saya meyakini sejak kita sebagai orangtua mulai menyadari dan meyakini prinsip-prinsip tersebut, tidak terlalu banyak ikut campur dengan bagaimana yang harus dia lakukan dengan mainannya, juga banyaknya waktu masterly inactivity nya itulah yang membuat dia akhirnya bisa menjalin relasi dengan apa yang sedang dia pelajari. Karena pada dasarnya anak suka belajar, kitalah orang dewasa yang terkadang justru menghalang-halangi proses tersebut dengan berbagai cara, dan tanpa sadar. Memasukkannya pada lingkungan yang artifisial, tidak mengenalkannya secara living, membuat target-target tertentu, atau pun memberikan reward dan punishment yang tidak pas.